Prasetyo Sunaryo, Tokoh Pemikir dan Ketua DPP LDII Meninggal Dunia
Jakarta (1/8) . Ir H Prasetyo Sunaryo, MT, Ketua DPP LDII yang sekaligus koordinator think tank DPP LDII meninggal dunia. Prasetyo Sunaryo salah satu tokoh LDII yang dekat dengan wartawan, meninggal dunia pada Jumat, 31 Juli 2020, pukul 19.40. Prasetyo Sunaryo meninggal dunia dalam usia 72 tahun di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Jakarta Pusat.
Prasetyo Sunaryo merupakan tokoh di balik langkah-langkah strategis DPP LDII. Kepiawaiannya dalam berorganisasi ia dapati sejak SMAN 3 Malang dan berlanjut saat kuliah. Bahkan menjadi Ketua Dewan Mahasiswa ITB pada 1974-1975. Prasetyo Sunaryo saat itu, harus mengkonsolidasikan para aktivis dan mahasiswa ITB usai peristiwa Malari.
Selain itu Prasetyo menduduki jabatan Sekretaris Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), lembaga yang berisi tokoh intelektual dan pemikir Islam, yang didirikan oleh Presiden RI BJ Habibie yang saat itu menjabat Menteri Riset dan Teknologi pada 1990. Prasetyo Sunaryo juga pernah menduduki jabatan anggota DPR/MPR RI dari Fraksi Utusan Golongan pada akhir 1990-an.
Menjelang masa pensiun, Prasetyo Sunaryo dan koleganya turut dalam pendirian Lembaga Bantuan Teknologi (LBT) dan kelompok think tank Pradigma Institut. LBT dikenali sebagai lembaga yang bekerja sama dengan berbagai pihak dalam isu-isu strategis berkaitan dengan energi dan pangan. Sementara Paradigma Institut mengkaji isu-isu politik global dan nasional. Prasetyo Sunaryo juga aktif dalam Dewan Riset Nasional (DRN).
Prasetyo Sunaryo merupakan tokoh dibalik kerja sama LDII dengan lembaga-lembaga di Jepang dan kedutaan besar negeri tetangga. Ia pencetus ‘Ayo Hormati Guru’ bersama almarhum Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam. Ia pula yang mempertemukan UMKM se-Asia Tenggara dalam acara konferensi UMKM ASEAN pada 2015. Jerih payahnya itu berhasil mempertemukan UMKM di negara-negara ASEAN untuk saling bekerja sama.
Ia selalu mengingatkan, UMKM di Asia Tenggara harus saling bekerja sama bukan bersaing, sehingga saling menguatkan dalam menghadapi produk-produk global, “Saling menyuplai bahan sehingga yang tercipta iklim bisnis kerja sama bukan kompetisi, agar makin kompetitif di pasar global. Kolaborasi menjadi kunci,” ujarnya. Prasetyo Sunaryo juga menjadi anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat (KPEU) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) DPP LDII pada 2005, Prasetyo Sunaryo mendorong masuknya anak-anak muda di bawah usia 30 tahun dari berbagai profesi dan disiplin ilmu. Hal tersebut, didasari pemikirannya, agar gerak organisasi semakin lincah dalam era yang semakin digital. Sekaligus membangun sistem pengkaderan, agar para generasi muda LDII bisa belajar banyak dari para senior mereka, dalam menggerakkan organisasi sekaligus menghadapi dinamika perubahan zaman. Ia juga mendorong lahirnya Majalah Nuansa Persada, LDII News Network (LINES), LDII TV, dan Satuan Komunitas Pramuka Sekawan Persada Nusantara.
Dalam lima tahun terakhir, Prasetyo Sunaryo mendorong DPP LDII untuk fokus kepada delapan bidang pengabdian, sebagai respon LDII terhadap dinamika global, yakni: wawasan kebangsaan, keagamaan, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan dan herbal, ketahanan pangan dan lingkungan hidup, energi terbarukan, dan teknologi digital.
Delapan klaster tersebut didorong DPP LDII untuk dilaksanakan hingga tingkat Pengurus Anak Cabang (PAC) LDII, sebagai respon LDII terhadap kondisi global yang mengalami berbagai krisis, di antaranya pangan, energi dan air. Prasetyo Sunaryo juga menjadi tokoh yang perhatian terhadap bidang kemandirian generasi muda, yang merupakan salah satu ijtima para ulama LDII, untuk mewujudkan generasi Tri Sukses (alim-faqih, berakhlak mulia, dan mandiri).
Bahkan Prasetyo Sunaryo mendorong kemandirian energi, pangan, dan air dengan terus mendorong pemerintah dan DPR, memandang energi sebagai kebutuhan pokok, bersama sandang, pangan, dan papan. Menjelang akhir hayatnya, Prasetyo Sunaryo aktif mendorong desain ketahanan pangan, baik di tingkat keluarga maupun komunitas – khususnya di lingkungan warga LDII.
Di sela-sela perawatannya, ia terus berkoordinasi dengan para pengurus DPP LDII, guna mendorong ketahanan pangan untuk dijadikan prioritas utama LDII pada masa pandemi. Wafatnya Prasetyo Sunaryo merupakan kehilangan besar bagi LDII, salah satu pemikir paling aktif itu meninggalkan banyak karya, yang harus diteruskan oleh para generasi muda LDII. (*)