Dahnil Anzar Dorong LDII Jadi Pionir Riset Pangan dan Energi, Sebut Ormas Paling Otentik Indonesia

Di Sekolah Virtual Kebangsaan LDII, Jubir Prabowo tersebut memberikan apresiasi tinggi, sekaligus menantang generasi muda LDII memimpin pertahanan bangsa di sektor non-militer.

JAKARTA – Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mendapat sorotan positif dari Pemerhati Politik Pertahanan sekaligus Juru Bicara Presiden terpilih Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak. Dahnil menilai LDII memiliki posisi unik dan strategis dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan, bahkan menyebutnya sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang paling otentik Indonesia.

Apresiasi ini disampaikan Dahnil saat menjadi pembicara dalam acara Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) yang dihelat DPP LDII di Jakarta, Sabtu (23/8/2025).

Menurut Dahnil, jika Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah berperan besar merumuskan nilai keislaman dan kebangsaan, maka LDII adalah organisasi yang telah berhasil mengoperasionalkan nilai-nilai itu hingga ke level praktik di masyarakat.

“Kalau ada ormas Islam yang otentik Indonesia, itu LDII. Ia lahir dari proses politik Indonesia dan telah mensenyawakan Islam dengan Pancasila secara konsisten,” ujar Dahnil. Ia menambahkan bahwa kekuatan sejati LDII terletak pada kemampuannya memadukan nilai agama dan semangat nasionalisme.

Dahnil saat menjadi pembicara dalam Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK), yang dihelat DPP LDII di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, pada Sabtu (23/8/2025). Foto: LINES
Dahnil saat menjadi pembicara dalam Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK), yang dihelat DPP LDII di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, pada Sabtu (23/8/2025). Foto: LINES

Tantangan Modern: Tidak Hanya Fiqih, Tapi Juga Sains

Meski memberikan pujian, Dahnil juga memberikan tantangan besar bagi generasi muda LDII, khususnya yang berada di lingkungan pondok pesantren. Tantangan kedaulatan bangsa di masa depan, jelasnya, tidak lagi hanya soal tank dan persenjataan, melainkan krisis pangan, energi, dan air bersih.

“Kalau kita kalah di pangan, energi, dan teknologi, kita bisa kalah tanpa perang,” tegas Dahnil, mengutip peringatan yang pernah disampaikan Presiden Prabowo Subianto pada masa lalu.

Menghadapi ancaman non-militer ini, Dahnil berharap pesantren-pesantren LDII dapat bertransformasi menjadi pusat riset dan pengembangan teknologi terapan. Pondok pesantren, menurutnya, tidak boleh berhenti hanya pada pengajaran agama, tetapi harus merambah ke isu-isu krusial kontemporer.

“Beasiswa ke luar negeri jangan hanya dipakai untuk studi fiqih. Anak-anak muda LDII juga harus belajar teknologi pangan, energi terbarukan, dan sains. Arab Saudi saja sudah maju dalam teknologi pangan, mengapa kita tidak meniru?” tantangnya.

LDII dan Peluang Membalik Sejarah

Dahnil mengakui bahwa perjalanan historis LDII tidak selalu mulus, termasuk pernah menghadapi stigma. Namun, ia melihat hal tersebut sebagai peluang emas bagi generasi muda saat ini untuk membalikkan sejarah dengan menunjukkan konsistensi dan kematangan organisasi.

Ia menekankan bahwa Islam yang paling ideal dan berhasil bersenyawa dengan Pancasila adalah Islam yang tumbuh di Indonesia. Pancasila, baginya, adalah kunci pertahanan bangsa karena mengajarkan dialog dan penghormatan terhadap keberagaman.

“Kunci Pancasila adalah dialog dan penghormatan. Itu modal pertahanan bangsa kita,” katanya.

Di akhir sesi, Dahnil memberikan apresiasi terhadap langkah adaptif DPP LDII yang aktif memberi ruang luas bagi ekspresi generasi muda di media sosial. Menurutnya, ini adalah cara cerdas agar dakwah Islam tetap relevan dan menyebarkan pesan nasionalisme yang ramah di era digital.

“Saya senang LDII agresif memberi anak muda ruang berekspresi di sosmed. Ini cara cerdas agar dakwah Islam tetap relevan dengan zaman,” pungkas Dahnil, menandaskan peran strategis LDII sebagai garda terdepan pertahanan kedaulatan non-militer Indonesia.

(*/LINES)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *