Pelatihan Bantuan Hidup Dasar LDII: Tingkatkan Kesiapan Santri Tangani Kondisi Darurat
Dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional 2024
KEDIRI – Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional 2024, DPP LDII menyelenggarakan Pelatihan Skill Bantuan Hidup Dasar (BHD) bertajuk Bulan Bakti Kesehatan Nasional, Sabtu (30/11).
Kegiatan ini berlangsung hybrid, menggabungkan format daring dan luring, bertempat di Pondok Wali Barokah Kediri dan studio LDII di seluruh Indonesia. Pelatihan diikuti oleh pengurus LDII Biro Pengabdian Masyarakat, pimpinan pondok pesantren, pengelola Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) serta santri husada putra dan putri.
Di Samarinda, pelatihan diikuti pengurus DPW LDII Kalimantan Timur di Wisma LDII Jalan Bugis, Mugirejo. Turut hadir Sekretaris DPW LDII Kaltim, H. Wildan Taufik, S.Pd., M.Si., Ketua Biro Penamas Jaka Marbiakta, S.Pd., Ketua Poskestren Al Aziziyah Deni Kurniawan, Koordinator Putri Eka Ayu, serta 20 santriwan dan santriwati dari Pondok Pesantren Al Aziziyah.
Acara dibuka oleh Ketua Pondok Wali Barokah, Drs. KH. Sunarto, M.Si., yang mengapresiasi penyelenggaraan pelatihan ini. Ia berharap keterampilan yang diberikan dapat menjadi bekal penting bagi tenaga kesehatan pondok pesantren dalam menghadapi situasi darurat di lapangan.
Ketua DPP LDII, Prof. Dr. Ir. Rubiyo, M.Si juga mengapresiasi partisipasi peserta dari seluruh Indonesia. “Pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga keterampilan penting yang dapat menyelamatkan nyawa dalam kondisi darurat. Semoga ini menjadi kontribusi besar bagi masyarakat,” ujarnya saat membuka acara.
Pelatihan Teori dan Praktik Langsung
Pelatihan ini menghadirkan dr. Muslim Tadjudin Chalid, Sp.An-TI, Subsp.An.KV (K), yang membawakan materi bertema Henti Jantung atau Cardiac Arrest. Ia menjelaskan bahwa keadaan darurat seperti henti jantung dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, sehingga penting bagi setiap individu untuk memahami langkah pertolongan pertama.
“Langkah RJP (Resusitasi Jantung Paru) atau CPR harus dipahami dan dilakukan dengan benar. Ada lima tahapan penting dalam RJP, yaitu Approach Safety, Check and Call, Circulation, Airway, dan Breathing. Waktu penyelamatan sangat terbatas, hanya sekitar 10 menit, sebelum kerusakan permanen pada organ terjadi,” papar Muslim.
Muslim juga memberikan simulasi praktis mengenai penanganan kasus tersedak pada bayi dan orang dewasa, serta langkah-langkah penanganan henti jantung sebelum bantuan medis tiba. Simulasi ini dirancang agar peserta mampu mempraktikkan langsung teknik yang diajarkan.
Pelajaran Berharga dari Kasus Nyata
Dalam paparannya, Muslim mengingatkan pentingnya kesadaran akan kesehatan jantung, terutama saat berolahraga. Ia mencontohkan kasus Markis Kido, atlet bulutangkis Indonesia yang meninggal akibat serangan jantung saat bermain pada 2021.
“Kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk memahami ciri-ciri serangan jantung dan pentingnya penanganan cepat,” jelasnya.
Dukungan dan Apresiasi Peserta
Sekretaris DPW LDII Kaltim, Wildan Taufik, mengungkapkan apresiasinya terhadap pelatihan ini.
“Keterampilan BHD sangat bermanfaat, terutama jika masyarakat umum juga mempelajarinya. Penanganan yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan nyawa, baik dalam kasus tersedak maupun serangan jantung,” ujarnya.
Jaka Marbiakta, Ketua Biro Penamas DPW LDII Kaltim menilai pelatihan ini memberikan ilmu baru yang sangat aplikatif.
“RJP atau CPR menjadi keterampilan yang wajib dikuasai, terutama di lingkungan pesantren dan masyarakat umum. Simulasi yang diberikan sangat membantu pemahaman,” tambahnya.
Selain membekali peserta dengan keterampilan penting, pelatihan ini juga mempererat kebersamaan di antara generasi muda. Melalui interaksi dalam teori dan praktik, peserta dapat saling berbagi pengalaman, memperkuat solidaritas serta membangun semangat kerja sama.
Pelatihan BHD ini menjadi momentum penting bagi LDII untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat. Dengan keterampilan yang diperoleh, diharapkan peserta mampu menjadi garda terdepan dalam memberikan pertolongan darurat di lingkungan masing-masing.
Melalui kegiatan ini, LDII tidak hanya membangun generasi muda yang sehat dan terampil, tetapi juga menciptakan komunitas yang lebih peduli dan siap menghadapi situasi darurat dengan sigap dan tepat.
(Wildan/LINES)