Nasional

Hari Santri 2020, LDII: Momentum Meningkatkan Pemberdayaan Santri

Santri beladiri saat Hari Amal Bakti ke-72 Kemenag RI tahun 2018 di Balikpapan. Foto: SA/LINES
Santri beladiri saat Hari Amal Bakti ke-72 Kemenag RI tahun 2018 di Balikpapan. Foto: SA/LINES

SAMARINDA – Hari Santri diperingati setiap 22 Oktober berdasarkan Keppres Nomor 22 Tahun 2015. Penetapan Hari Santri didasarkan atas resolusi jihad yang dicetuskan pendiri NU KH Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945. Resolusi itu lalu mendorong lahirnya perjuangan para santri dari berbagai daerah bersama arek Suroboyo melawan penjajah Belanda pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Tahun ini, pemerintah menetapkan tema Santri Sehat Indonesia Kuat. “Tema ini adalah komitmen kita bersama dalam mendorong kemandirian dan kekhasan pesantren. Saya yakin jika santri dan keluarga pesantren sehat, dan bisa melewati pandemi Covid-19 ini dengan baik, Insya Allah negara kita juga sehat dan kuat,” ujar Menteri Agama Fachrul Razi, dalam pidatonya memperingati Hari Santri, pada Kamis (22/10).

Menurutnya, pesantren tempat santri menimba ilmu merupakan entitas yang rentan terpapar Covid-19. Keseharian dan pola komunikasi para santri terbiasa tidak berjarak, antara satu dengan lainnya, “Pola komunikasi yang islami, unik dan khas, namun sekaligus rentan penularan virus,” ujarnya. Namun Fachrul Razi juga menegaskan, beberapa pesantren juga berhasil mencegah, mengendalikan, dan menangani dampak Covid-19 dengan baik di tengah keterbatasan fasilitas.

“Modal utamanya adalah tradisi kedisiplinan yang selama ini diajarkan kepada para santri, keteladanan, dan sikap kehati-hatian kyai dan pimpinan pesantren. Karena mereka tetap mengutamakan keselamatan santri dibanding lainnya,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso mengatakan Hari Santri menjadi momentum, untuk meningkatkan pemberdayaan santri. Agar pada masa depan, semangat santri sebagai pejuang bangsa terus menggema.

“Dalam perjalanan sejarah bangsa, di samping peran nyata dalam pergerakan dan perjuangan meraih kemerdekaan, pesantren berperan penting dalam melahirkan insan yang beriman dan berkarakter untuk mengisi pembangunan nasional dalam kerangka NKRI,” imbuh Chriswanto.

Bila pada tahun 1945, peran santri yang besar dalam perjuangan terutama dalam Perang Surabaya, kini santri menghadapi tantangan berat.

“Pesantren masih dipandang dipandang sebagai kelompok pendidikan yang masih terpinggirkan. Alumni pesantren dianggap tidak mampu bersaing dalam dunia pendidikan, dunia kerja maupun birokratisasi pemerintahan,” ujar Chriswanto.

Dalam dunia pendidikan misalnya, alumni pesantren tidak lantas dapat meneruskan jenjang pendidikan pada sekolah umum maupun perguruan tinggi selain perguruan tinggi keagamaan.

Dalam dunia kerja, alumni pesantren dianggap tidak memiliki kecakapan keterampilan, selain di bidang agama, “Pandangan tersebut bisa diubah, bila terdapat penguatan dalam tata kelola regulasi pesantren,” imbuhnya.

Menurut Chriswanto, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren membawa angin segar bagi masyarakat pesantren. Undang-Undang yang disahkan Presiden Joko Widodo beberapa saat setelah pengambilan sumpah sebagai presiden periode kedua, semakin meneguhkan eksistensi lembaga pendidikan tertua di Indonesia tersebut.

“Afirmasi dan rekognisi pesantren sebagai satuan pendidikan semakin nyata dengan dituangkannya fungsi dakwah dan fungsi pemberdayaan masyarakat dalam UU Pesantren,” ujarnya. Dengan adanya Hari Santri memori kolektif bangsa, diajak mengingat Resolusi Jihad yang difatwakan KH Hasyim Asyari.

Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan.

Resolusi jihad tersebut menggerakkan santri, pemuda, dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945. Pertempuran epik itu, kini dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Semangat kepahlawanan para santri itu harus dibangkitkan kembali, menurut Chriswanto. Mengenai peningkatkan dan pemberdayaan para santri, LDII menggabungkan pendidikan formal dengan pesantren, “Dengan demikian, santri selain memperoleh pengetahuan agama juga memiliki pengetahuan umum yang setara dengan sekolah atau pendidikan tinggi lainnya,” ujarnya.

Chriswanto mengatakan santri memiliki paket lengkap dalam hal kognitif dan afektif, “Secara keseluruhan santri memiliki daya hafal yang tinggi, dengan demikian mereka adalah generasi yang cerdas.

Sementara dari sisi kecerdasan emosional dan kecerdasan dalam menyelesaikan masalah, mereka andal karena terbiasa mandiri. Mereka memiliki kesabaran dan analisis karena terbiasa menelaah kitab,” ujar Chriswanto.

Dengan demikian, menurut Chriswanto, memberdayakan dan mendidik santri dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan serta teknologi, merupakan modal besar membangun Indonesia, karena karakteristiknya yang profesional religius.

DPW LDII Kalimantan Timur

Sekretaris DPW LDII Provinsi Kalimantan Timur Wildan Taufik menyebut tercatat beberapa pondok pesantren baik reguler ataupun berupa Pondok Pelajar Mahasiswa di beberapa daerah seperti Samarinda ada Ponpes Al Aziziyah, PPPM Nurul Islam Samarinda, di Balikpapan ada Pondok Pesantren Bairuha dan di Kutai Timur ada Ponpes Budi Luhur Mandiri Sangata.

Pada hari Santri ini, LDII senantiasa melakukan pembinaan dan bimbingan melalui DPD di Kabupaten Kota agar kegiatan pembelajaran pesantren di masa pandemi Covid-19 ini tetap berjalan dengan baik, walaupun sebagian melalui daring dan sebagian secara offline atau tatap muka dengan protokol kesehatan yang sangat ketat sesuai petunjuk DPP LDII dan Kementerian Agama.

Santri adalah generasi penerus bangsa yang tidak hanya agamis, tetapi juga terampil dan memiliki kecerdasan intelektual. “Sebagai anak bangsa, santri kita juga selalu berdoa dan berusaha. Mewujudkan santri yang alim fakih, berakhlakul karimah dan juga nantinya menjadi individu yg mandiri ktk masuk dlm dunia masyarakat lebih luas,” tutur Wildan.

“Mari kita wujudkan Islam yang sejuk dan cinta damai dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi santri adalah upaya menjadi manusia sejati dan meneladani Rasulullah Muhammad SAW,” tambahnya. Selamat Hari Santri Nasional 22 Oktober 2020, Santri Sehat Indonesia Kuat. (SA/LINES)

One thought on “Hari Santri 2020, LDII: Momentum Meningkatkan Pemberdayaan Santri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *