KemerdekaanNasional

Presiden SBY: “Maknai Kemajemukan, Cegah Benturan dan Kekerasan Komunal”

Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato kenegaraan di hadapan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daearah (DPD) di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8) pukul 09.00 WIB. Ini merupakan keempat kalinya Presiden membacakan pidato kenegaraan di hadapan sidang bersama. Bertindak sebagai ketua sidang tahun ini adalah Ketua DPD Irman Gusman.

Presiden SBY menyampaikan pidato kenegaraan di hadapan sidang bersama DPR dan DPD RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8) pagi. (foto: cahyo/presidenri.go.id)
Presiden SBY menyampaikan pidato kenegaraan di hadapan sidang bersama DPR dan DPD RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8) pagi. (foto: cahyo/presidenri.go.id)

Di awal pidatonya, Presiden SBY mengucapkan selamat Idul Fitri kepada kaum muslimin dan muslimat di seluruh Tanah Air. “Sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, dan pribadi yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin menyampaikan permohonan maaf lahir dan batin, minal aidin wal faidzin,” ujar SBY.

Toleransi dan penghormatan terhadap kemajemukan adalah poin penting yang disampaikan oleh Presiden SBY pada pidato kenegaraannya. SBY antara lain menjelaskan bahwa kemajemukan merupakan hakikat Indonesia yang harus dipertahankan. Kepala Negara juga menyatakan bahwa perbedaan tidak bisa dijadikan alasan bagi tindakan kekerasan.

“Kita harus memaknai kemajemukan ini, harus cegah benturan dan kekerasan komunal. Kita tidak membeda-bedakan orang serta kelompok,” ujar SBY.

Sesuai dengan konstitusi, menurut SBY, tidak diperkenankan adanya pembedaan terhadap individu dan kelompok, sebab setiap individu memiliki hak untuk hidup. Perbuatan kelompok radikal yang kerap main hakim sendiri dan melakukan kekerasan terhadap agama, aliran atau latar belakang tertentu jelas menyimpang dari konstitusi yang menjadi dasar negara.

Menurut Presiden SBY, dialog dan diskusi menjadi pilihan ketika terjadi gesekan dan ketidakpahaman antarsatu kelompok dengan lainnya. Pemahaman mengenai kemajemukan dan perbedaan, kata SBY, harus pula disampaikan sejak dini kepada putra-putri Indonesia, agar mereka tumbuh menjadi orang-orang yang menghargai hak-hak manusia dalam perbedaan.

Berkaitan dengan itu, lebih jauh, SBY pun meminta agar para guru dan orang tua mendidik siswa dan anak-anaknya terkait penghormatan atas kemajemukan tersebut.

Sebelumnya, Ketua DPD Irman Gusman dalam sambutannya mengingatkan, seluruh elemen bangsa untuk menjaga agar jangan terjadi kemerosotan rasa nasionalisme dan moralitas untuk menegakkan harkat serta martabat bangsa Indonesia.

“Peringatan HUT ke-68 Kemerdekaan RI hendaknya menjadi momentum dan menegaskan kembali komitmen bernegara sesuai amanat yang tertuang pada UUD 1945. Jangan biarkan merosotnya semangat dan nasionalisme, sebagai modal untuk meningkatkan daya saing Indonesia terhadap bangsa-bangsa lain di dunia,” imbuh Irman Gusman.

Pidato kenegaraan yang selalu dilakukan setiap tahun menjelang 17 Agustus adalah sebagai pertanggungjawaban Kepala Negara terhadap rakyat Indonesia yang diwakilkan oleh wakilnya yang duduk di DPR dan DPD.

Pada kesempatan kali ini, turut hadir Ibu Hj Ani Bambang Yudhoyono, Wapres Boediono, Ibu Herawati Boediono, Ketua DPR Marzuki Alie, Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Wakil Presiden ke-9 RI Hamzah Haz, Wakil Presiden ke-10 RI Jusuf Kalla, jajaran menteri KIB II, duta besar negara-negara sahabat, dan perwakilan masyarakat berprestasi. (yor)

Sumber: presidenri.go.id
Twitter: @websitepresiden

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *