DakwahHisab dan RukyatNasional

LDII Menyiapkan SDM Hisab Rukyat

Ilustrasi. Rukyatul Hilal. wordpress.com
Ilustrasi. Rukyatul Hilal. wordpress.com

JAKARTA – Umat Islam di Indonesia selalu menemukan fenomena unik saat penentuan awal Ramadan dan awal Syawal. Hal tersebut karena perbedaan cara dalam melihat bulan. Untuk itulah DPP LDII melaksanakan pelatihan Hisab Rukyat, agar dapat memberi sumbang saran pada sidang isbat.

Hisab dan rukyah adalah istilah untuk metode pengamatan serta perhitungan hilal untuk menentukan tanggal 1 Ramadan dan 1 Syawal. Hisab sering disebut juga perhitungan. Sering digunakan dalam ilmu astronomi untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Sedangkan rukyah adalah aktivitas mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadi ijtimak (bulan berada di ufuk).

Metode hisab dan rukyah selama ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidangnya. Sebut saja pakar astronomi serta pakar perhitungan pergeseran bulan dan lain-lain. Kebanyakan masyarakat awam tidak mengetahui ilmu hisab dan rukyah ini. Karena memang ilmu hisab dan rukyah ini membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan semangat untuk terus menggali ilmu lebih dalam.

Meski begitu, metode ini seringkali mengundang kontroversi dengan perbedaan penentuan awal bulan yang berbeda. Seperti yang terjadi pada tahun 1992, ada yang berhari raya Sabtu sesuai hasil rukyah NU, ada juga yang berhari raya Jumat mengikuti Arab Saudi.

Terjadi juga pada tahun 2011, bahwa hari raya jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011 namun sidang isbat memutuskan awal Syawal jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011. Sedangkan 2012, Muhammadiyah menetapkan Ramadan 20 Juli, sementara sidang isbat menetapkan 21 Juli sebagai awal Ramadan.

Namun, Pemerintah Indonesia mengumumkan, tidak perlu menjadikan persoalan atas perbedaan ini. Sebab, hal ini bergantung pada keyakinan masing-masing dan hendaknya mengedepankan toleransi terhadap suatu perbedaan.

Oleh karena itu, DPP LDII berinisiatif mengadakan pelatihan hisab dan rukyah pada tanggal 22-23 Juni 2013 bekerjasama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia. Menurut KH Aceng Karimullah, selaku panitia, pelatihan ini bertujuan agar generasi LDII dapat memberi masukan kepada pemerintah dan menghindari kontroversi masyarakat yang selama ini mengetahui perbedaan awal tanggal dimulainya bulan Ramadan dan Syawal.

Aceng Karimullah menambahkan, pembelajaran ilmu hisab dan rukyah ini perlu agar semua kalangan terutama generasi muda dapat mengerti dan memahami tidak hanya secara teori namun juga mengerti prakteknya. ÔÇ£Ada regenerasi ilmu lah. Niatnya, memperlancar ibadah. Cuma ituÔÇØ tandasnya. (Noni Mudjani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *