Islamia Aprilia, Desainer Muda yang Mewarnai Industri Busana Muslimah Dunia
JAKARTA – Nasib busana muslimah berubah arah. Dari sekadar menutup aurat, kini busana muslimah menjadi kian inovatif. Warga LDII turut mewarnai industri busana muslimah baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Kepentingan tetap menjaga aurat sebagai perintah agama, dan tampil sesuai kebutuhan pekerjaan, membuat para desainer terus memutar otak. Faktanya, dalam satu dekade terakhir kian banyak muslimah yang memegang jabatan penting di pemerintahan maupun wisraswasta. Mereka dituntut tampil menarik membawa nama baik instansi atau perusahaan. Inilah yang mendorong industri baju muslimah di Indonesia menggeliat.
Salah satunya desainer muda yang juga warga LDII adalah Islamia Aprilia, yang dikenal dengan desainnya yang berciri elegan, romantik, namun sederhana. Ketertarikannya dalam dunia fesyen diawali dengan bisnis melalui sosial media, bersama kakak perempuannya Irma Nurul Hakim, yang juga seorang desainer. Mia, panggilan akrab Islamia Aprilia lebih dulu meluncurkan brand Aprilia Collection dan merilis Aprilia Blazeria pada Indonesia Fashion Week 2014 lalu.
Mia yang biasanya menampilkan koleksi berwarna pastel lembut, untuk Indonesia Fashion Week (IFW) 2015 koleksinya mulai bermetamorfosa. Dengan tema The Royal Dresses, Mia terinspirasi dari kemewahan bangunan-bangunan bernuansa Islami seperti Masjidil Haram, Makkah. Inspirasi itu dituangkan Mia dalam lima busana andalannya, yang menggunakan bahan sifon dan tulle dengan gradasi hitam, emas, putih, dan hijau pastel.
Pada pagelaran busana terbesar se-Indonesia ini, brand Aprilia Collection telah kelima kali terdaftar sebagai partisipan. Menurut Mia, ajang bergengsi ini merupakan pencapaian prestasi sekaligus berpromosi mengenalkan brand yang diusungnya.
Keluarga Desainer Fesyen
Bukan hanya Mia yang meramaikan pagelaran rutin tahunan itu, namun juga ketiga kakak perempuannya, Irma, Intan dan Andina. Ketiganya juga mengeluarkan brand busana muslimah dengan dominasi warna pastel namun memiliki ciri khas masing-masing.
Irma Nurul Hakim, yang juga mengawali bisnis fesyen lewat online shop, memiliki brand bernama Mocca by Irma Hakim yang khusus didesain untuk para wanita karir. Irma merancang busana ready to wear untuk wanita yang aktif namun mengutamakan kenyamanan. Warna desainnya kombinasi dari warna dark-bright berbahan dasar sifon. Pada IFW 2015, Irma meluncurkan desain hijab bernama cushy shawl. Hijab shawl kreasi Irma menggunakan bahan dasar ceruti dan kaos. Kelebihannya, cushy shawl ini sudah memiliki inner (daleman) sehingga mudah dipakai dan dapat dikreasikan sesuai keinginan pemakai.
Sedangkan Andina, panggilan akrab dari Andina Rizky Aulia, mendesain busana muslimah dengan tema Pretty, Classy, Fantasy. Dimana memiliki variasi desain yang terinspirasi era victoria, old school serta vintage yang berkelas. Brand fesyennya yang memakai nama Andinara, fokus pada perpotongan, detil dan kualitas desain. Andina cenderung berani memadu padankan rok berbahan sifon atau celana bahan berpotongan unik yang longgar, dengan blus atau vest berbahan brokat dan scarf berwarna gelap. Keunikan inilah yang menarik minat para wanita muda.
Lain pula dengan Intan. Pemilik nama brand fashion Intan Fahilla ini baru pertama kali mengikuti pagelaran yang digagas oleh APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia). Pada acara itu, Intan meluncurkan desain Femme in Calm yang modis namun tetap mengutamakan syar’i. Muslimah tidak perlu khawatir dengan lekuk tubuh, sebab desain busana muslimah Intan berpotongan longgar namun pantas. Intan mengatakan, rancangannya lebih kasual meski tone-nya sama (warna pastel).
Yang membedakan, desain Intan memiliki ciri khas karakter sesuai kebutuhan para ibu muda. Intan mengungkapkan, desainnya tidak mengalami kendala berarti sebab memiliki keluarga yang sangat mendukung ketertarikannya di bidang fesyen, dan memiliki hobi di bidang yang sama. Baginya, yang terpenting adalah berani mewujudkan, jika merasa memiliki passion di bidang yang disenangi.
Lewat IFW, Busana Muslim Mendunia
Mulai banyaknya pilihan akan busana muslimah, tidak lagi membuat busana tersebut terkesan tua. Bahkan, gaya berhijab memang mempunyai ketentuan sendiri namun tidak bersifat eksklusif. Dan akhirnya bermunculan desainer-desainer busana muslim dengan beragam ide dan kreasi.
Dapat dikatakan, ajang perhelatan Indonesia Fashion Week 2015 ini menjadi momentum mendunianya busana muslim. Dengan penilaian yang meliputi keunikan produk, pengemasan, manajemen bisnis serta sumber daya desainer, diharapkan juga dapat meningkatkan produk potensi ekspor.
Tembusnya mode pakaian muslim ke pentas mode dunia, membuat Pemerintah menargetkan Indonesia sebagai pusat mode dunia untuk busana muslim pada 2020. Industri mode diidentifikasi sebagai penyumbang produk domestik bruto kedua terbesar setelah kuliner. Diyakini, produsen busana muslim sudah lebih siap bersaing secara global. (Noni/LINES)