JAKARTA – Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII) menyatakan dukungannya terhadap penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Disabilitas yang digagas Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) sebagai acara puncak Milad ke-47 MDI.
Kegiatan yang akan digelar pada 25 Mei 2025 di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, Pondok Gede, Jakarta Timur, ini menjadi terobosan dalam dakwah yang ramah inklusi.
Ketua Umum Pengurus Pusat MDI, KH Choirul Anam, menyebutkan bahwa MTQ ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan secara khusus untuk penyandang disabilitas di Indonesia. Ia menyatakan bahwa kompetisi ini merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap saudara-saudara difabel.
“Ini momen bersejarah. Kami ingin menunjukkan bahwa dakwah Islam adalah dakwah kasih sayang. Saudara-saudara kita tunanetra, tunadaksa, mereka juga berhak menunjukkan kecintaan pada Al-Qur’an,” ujarnya saat berkunjung ke Kantor DPP LDII, Jumat (9/5/2025).
MTQ Disabilitas ini akan memperlombakan tiga cabang utama: Murottal, Tilawah, dan Tahfidzul Qur’an, dengan jenjang hafalan 5, 10, hingga 30 juz. Diperkirakan lebih dari 100 peserta dari wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat akan turut ambil bagian dalam ajang ini.
Grand final akan digelar pada malam 24 Mei, yang dijadwalkan dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, termasuk Menteri ESDM dan Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Majelis A’la MDI.


“Kami ingin MTQ Disabilitas ini menjadi inspirasi nasional, dan ke depan bisa menjadi event tahunan setiap Hari Disabilitas Internasional,” tambah KH Choirul Anam.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, mengapresiasi penuh gagasan ini. Menurutnya, MTQ Disabilitas adalah langkah strategis membangun bangsa yang inklusif dan memberikan ruang bagi semua lapisan masyarakat untuk berkontribusi dalam kehidupan beragama dan berbangsa.
“Bangsa ini milik bersama. MDI telah mengambil langkah besar untuk menggali potensi kaum difabel agar tak hanya dipandang sebagai objek dakwah, tapi juga subjek yang aktif dan inspiratif,” ungkap KH Chriswanto.
Ia menambahkan bahwa LDII juga telah memulai dakwah inklusif melalui program pengajian bagi kelompok tunarungu di sejumlah daerah di Indonesia. Ia berharap semangat ini bisa diperluas ke lebih banyak kelompok difabel lainnya.
Tak hanya MTQ, rangkaian Milad MDI juga akan diramaikan dengan workshop keterampilan dan pelatihan UMKM, seperti pelatihan membuat abon dan berbagai produk ekonomi kreatif lainnya bagi para santri.
“Kami ingin membekali para santri bukan hanya dengan ilmu agama, tetapi juga keterampilan ekonomi agar mereka siap mandiri,” ujar KH Choirul Anam.
Dengan semangat kolaborasi antara LDII dan MDI, diharapkan kegiatan ini menjadi model dakwah berkeadilan, berdaya guna, dan menyentuh semua kalangan, sekaligus menguatkan semangat menuju Indonesia inklusif dan ramah disabilitas.
(*/LINES)