Balikpapan

LDII Kediri Gelar Pelatihan Daring Jurnalistik, Peserta Membludak dari Luar Daerah

Pelatihan daring Jurnalistik Biro KIM DPP LDII, LDII Kab. Kediri, LDII Kota Kediri, dan Ponpes Wali Barokah, Minggu (20/9). Foto: Screenshot
Pelatihan daring Jurnalistik Biro KIM DPP LDII, LDII Kab. Kediri, LDII Kota Kediri, dan Ponpes Wali Barokah, Minggu (20/9). Foto: Screenshot

BALIKPAPAN – Bagaimana jadinya dua organisasi setingkat kabupaten kota menggelar pelatihan daring dengan narasumber professional yang sudah berpengalaman? Tentu saja peminatnya sangat banyak, seperti pelatihan jurnalistik daring yang digelar DPD LDII Kabupaten Kediri, LDII Kota Kediri, Pondok Pesantren Wali Barokah serta Biro KIM DPP LDII, Minggu (20/9).

Ketua DPD LDII Kota Kediri Agung Riyanto mengatakan tidak menyangka jumlah peserta mencapai 180 lebih titik di seluruh Indonesia, padahal tujuan awalnya hanya untuk peserta dari Kabupaten Kota Kediri. “Ada yang dari Papua, Kalimantan, Sumatera, maupun dari Jawa sendiri. Semoga pelatihan ini bermanfaat, menambah wawasan menulis dan meliput berita yang berkualitas,” tuturnya.

Tampil sebagai narasumber pertama, Ludhy Cahyana, Ketua Biro Komunikasi Informasi Media DPP LDII. Pengalamannya yang luas sebagai jurnalis dan redaksi media nasional, ia bagikan kepada seluruh peserta.

Pada kesempatan ini, Ludhy memaparkan materi jurnalistik terkait televisi. “Menulis berita di televisi itu berbeda dengan berita media massa,” tuturnya. Itulah mengapa, lanjutnya, menulis berita di televisi itu seperti menulis untuk telinga.

Ludhy Cahyana, Ketua Biro KIM DPP LDII saat memaparkan materi jurnalistik televisi, Minggu (20/9). Foto: LINES
Ludhy Cahyana, Ketua Biro KIM DPP LDII saat memaparkan materi jurnalistik televisi, Minggu (20/9). Foto: LINES
Salah satu materi paparan Ludhy Cahyana dalam Pelatihan Daring Jurnalistik, Minggu (20/9). Foto: LINES
Salah satu materi paparan Ludhy Cahyana dalam Pelatihan Daring Jurnalistik, Minggu (20/9). Foto: LINES

“Ada tiga bagian dari jurnalistik televisi, pertama informasinya mudah ditangkap oleh telinga,” jelasnya. Menurutnya, isi konten dalam berita telivisi harus mudah ditangkap oleh pendengaran, baik konten maupun konteks beritanya.

Ludhy kemudian memberikan contoh, dalam berita televisi narasumber tidak perlu ditampilkan siapa latar belakang narasumber. Misal narasumber pejabat setingkat menteri yang langsung disebut namanya, tanpa dijelaskan latar belakangnya.

Kedua, lanjutnya, bagian penting jurnalistik televisi adalah informasinya berupa visual yang mudah dipahami. Misal, saat meliput pemandangan alam dengan suasana matahari terbit, tidak perlu lagi dijelaskan pembawa berita perihal pemandangan tersebut. “Double-double penjelasannya, biarkan penonton menilai dan merasakan sendiri suasana pemandangan secara visual,” kata Ludhy.

Dan yang ketiga, berita televisi yang menampilkan informasi harus berupa grafis dan mudah dimengerti. “Penonton akan sulit membaca berita televisi yang menampilkan angka-angka statistik, tapi akan mudah dipahami jika ditampilkan dalam bentuk grafik,” tuturnya.

Menurutnya, dalam jurnalistik televisi cukup menggunakan 3W+ 1H, mana bagian yang ditonjolkan dan memiliki nilai berita. “Tidak selalu 5W+1H, tapi cukup 3W+1H pada bagian mana yang perlu ditonjolkan dan menjadi nilai berita,” ungkapnya.

Pembahasan materi semakin menarik. Ini terlihat dari diskusi dan pertanyaan peserta secara langsung dan mendapat tanggapan antusias dari narasumber dengan penjelasan yang ringan disertai contoh. Saat ditulis ini berita ini, pelatihan sesi kedua masih berlangsung dengan materi teknis mengambil video berita dengan narasumber Abdul Husen Rouf.

Pada kesempatan ini, DPW LDII Kalimantan Timur turut berpartisipasi sebagai peserta. Begitu juga perwakilan LDII Balikpapan sebanyak 24 orang yang terdaftar. Tercatat juga perwakilan dari DPD LDII Kota Bontang, Kabupaten Paser, serta perwakilan peserta lainnya. (SA/LINES)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *