Nasional

Silaturahim untuk Membangun Bangsa

JAKARTA - DPP LDII menggelar silaturahim syawal pada Selasa (19/8) lalu.
JAKARTA – DPP LDII menggelar silaturahim syawal pada Selasa (19/8) lalu.

JAKARTA – DPP LDII menggelar silaturahim syawal pada Selasa (19/8) lalu. Acara ini bertujuan merekatkan ukhuwah Islamiyah dan kesatuan persatuan seluruh elemen bangsa. Harapannya LDII ingin mengingatkan kembali, bahwa negara Indonesia didirikan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Hiruk pikuk tahun politik membuat bangsa Indonesia terbelah dalam dua kubu. Ketika deru berlalu, LDII berharap seluruh elemen bangsa menyatu kembali, untuk membangun bangsa. Terutama umat Islam di Indonesia.

“Abad 21 ini menghadirkan fenomena yang dinamis, ada virus Ebola di Afrika, Mers-Cov di Timur Tengah, flu babi di Tiongkok, dan flu burung di Asia. Konflik berkepanjangan di Ukraina, Irak, Palestina, dan fenomena ISIS yang merambah hingga Indonesia. Kami mengajak semua elemen bangsa untuk bersatu agar bisa selamat dan bahkan menjadi harapan bagi dunia,” ujar Ketua DPP Prasetyo Soenaryo.

Menurut Prasetyo, modal sosial bangsa Indonesia berupa gotong royong dan persatuan kesatuan mengalami ancaman yang luar biasa saat Pilpres. Model sosial itu hanya bisa tercipta bila bangsa ini mampu hidup rukun dan berdampingan dengan damai.

Dalam silaturahim itu Kombes Polisi Bambang Sucahyo Direktur Sosbud BIK Polri menyatakan rukun menjadi modal dasar untuk nyaman dan tentram. “Setelah keputusan final MK terkait sengketa Pilpres, saya berharap tidak ada lagi kerusuhan dan permusuhan. Semoga presiden terpilih dapat membawa kemaslahatan. Namun demikian Polri bersama TNI siap memberikan rasa aman bagi masyarakat untuk meredam kerusuhan,” ujar Kombes Polisi Bambang Sucahyo.

Ketidakrukunan dapat terjadi akibat friksi yang terjadi di antara masyarakat, untuk itulah LDII menganggap perlu melakukan rekonsiliasi nasional, apalagi bertepatan dengan momen Lebaran dan Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia. “Bangsa Indonesia perlu memaknai momen Ramadan dan hari kemerdekaan dalam cita-cita kemerdekaan bangsa. Kerukunan dapat tercapai dengan kerjasama civil society, pemerintah, dan pengusaha. Tentu saja dari pihak umat slam, dalam berdakwah harus dengan iklim menyatukan, menggembirakan, dan tidak menakutkan,” ujar Ahmad Syafii Mufid selaku ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

Kerukunan dapat diwujudkan apabila ada rasa perasaudaraan. Istilah persaudaraan dalam Islam dikenal dengan ukhuwah. Ukhuwah dapat tercipta apabila terdapat rasa empati, tenggang rasa, saling menghormati saling tolong menolong, dan saling menjamin. Dalam agama islam mengenal tiga jenis ukhuwah yaitu ukhuwah Islamiyah (persaudaraan umat islam), ukhuwah wathoniyah (persaudaraan bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat islam).

Pentingnya ukhuwah untuk menciptakan kerukunan sangatlah penting bagi Taher Ahmad dari perwakilan Dubes Palestina, yang hadir pada saat silaturahim DPP LDII. “Ukhuwah wathoniyah penting bagi nasionalisme dan saya mengucapkan selamat hari kemerdekaan bagi Indonesia. Terkait peristiwa Gaza yang porak poranda, masyarakat Gaza sangat menjunjung tinggi ukhuwah. Umat muslim yang porak poranda yang mengungsi ke gereja karena masjid hancur. Pihak gereja menaungi mereka dengan bantuan sosial dan kebebasan untuk beribadah,” ujar Taher Ahmad.

Sesungguhnya Indonesia memiliki modal untuk menciptakan kerukunan. Local wisdom Indonesia berupa budaya Syawalan, meski tidak ada dalam perintah agama sepadan dengan hikmah dan kebajikan yang dicari-cari oleh orang iman. Kearifan lokal menjadi penyokong ukhuwah dalam bermasyarakat.

“Hikmah dalam ajaran Islam hendaknya lahir dimana saja, bukan dinegara berbasis Arab. Dalam memahami kearifan lokal hendaknya dirangkul sebagai Dholatul Muslim. Tidak ada permusuhan Islam dengan budaya lokal sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Indonesia memiliki local wisdom yang dapat diakomodir oleh islam, salah satunya adalah halal bi halal,” ujar Arwani Faishak dari perwakilan dari Ormas NU.

Selain modal kearifan lokal, NU melihat Pancasila sebagai modal untuk menciptakan kerukunan. Idul fitri dan hari kemerdekaan memperkuat ideologi Pancasila sebagai pengingat persatuan dan kesatuan bangsa untuk menangkal radikalisme. LDII bersama ormas islam lain meyakini bahwa berkat Pancasila, Indonesia menyandarkan diri pada moral agama. Ideologi Pancasila menjamin masyarakat untuk beribadah tanpa ancaman. (Khoir/LINES)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *