AIDSNasional

Ulama Juga Bertanggung Jawab Cegah Penyebaran AIDS

NASIONAL – Minggu, 1 Desember 2013, menjadi hari khusus untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di seluruh dunia. Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat sekaligus Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Agung Laksono mencanangkan Getting to Zero: Zero New HIV Infection, Zero AIDS-related Deaths, Zero Stigma and Discrimination di tahun 2015.

Agung Laksono juga mengajak semua pihak, baik di tingkat nasional maupun di daerah bersama-sama menyukseskan program tersebut. Ulama dan pemuka agama merupakan komponen yang tak boleh dilupakan.

Berdasarkan data statistik program kesehatan PBB khusus AIDS, unaids.org, umumnya penularan HIV/AIDS di Indonesia disebabkan oleh perilaku menyimpang seperti seks bebas dan pengunaan jarum suntik.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah DPP LDII, Wilnan Fatahilah, menyatakan disinilah peran ulama sangat diperlukan. Ulama seharusnya dapat membantu mensosialisasikan dampak seks bebas dan pengunaan obat terlarang tidak hanya dari kaca mata agama akan tetapi dari segi kesehatan.

Tausiyah agama terkait perzinaan yang merupakan dosa besar ini, menurutnya semakin jarang dilakukan di Tanah Aair. Padahal hal ini menurutnya sangat penting dilakukan. Pendidikan agama tetang hubungan mahram antara laki-laki dan perempuan yang diajarkan Islam juga merupakan salah satu cara pencegahan penyebaran AIDS.

Perayaan Hari AIDS Sedunia yang penderitanya pada 2010 mencapai 0,27% penduduk Indonesia ini, di beberapa kota besar dilakukan dengan pembagian kondom gratis di sekolah, kampus dan tempat olah raga. Wilnan sangat menyayangkan hal tersebut terjadi di Indonesia. Agenda kampanye pencegahan HIV/AIDS tersebut menurutnya salah dan tidak tepat sasaran.

Pembagian kondom menurut Wilnan seolah melegalkan aktivitas seks bebas di Indonesia. Selain itu pemilihan target pelajar dan mahasiswa yang belum berstatus menikah tersebut seolah memberi kesempatan mengunakan kondom untuk berhubungan seks dengan teman di sekolahnya.

Wilnan yang juga merupakan pendidik di salah satu pondok pesantren di Bogor ini menyarankan sosialisasi pencegahan AIDS di sekolah dapat dilakukan dengan pembagian stiker, atau selebaran yang berisi motivasi dan ajakan untuk bersama-sama memerangi penyakit AIDS, dan bukan dengan membagikan kondom.

Ketika ditanya tentang perikaku diskriminatif dan stigma negatif yang diberikan kepada ODHA, Wilnan menentang hal tersebut. Menurutnya tidak semua ODHA terkena HIV/AIDS karena melakukan perilaku menyimpang seperti seks bebas dan pengunaan narkoba.

“Memang AIDS merupakan salah satu hukuman yang Allah turunkan atas perbuatan yang dilakukannya sekaligus menjadi peringatan,” ujarnya. “Akan tetapi beberapa dari ODHA, seperti misal ada anak kecil yang menjadi korban karena perbuatan orang tuanya. Anak yang tidak bersalah ini tidak sepantasnya didiskriminasi,” jelasnya lebih lanjut.

Selain penularan AIDS melalui jalur keturunan, penularan juga bisa terjadi karena aktivitas donor darah dan pengunaan jarum suntik berulang. Wilnan juga mengajak umat Islam untuk tidak mendiskriminasi ODHA dan mendekatkannya untuk berperilaku hidup positif. Mengajak ODHA mendekatkan diri kepada Allah dan memulai gaya hidup yang lebih sehat di sisa hidupnya. Dengan demikian diharapkan ODHA dapat lebih produktif dan bermanfaat di masyarakat. (Bahrun/LDII News Network)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *