Peserta dari Sabang sampai Merauke Berkumpul Santai, Bahas Strategi, hingga Diplomasi Kopi
JAKARTA – Suasana hangat dan akrab menyelimuti Ballroom Minhajirrosyidin, Jakarta Timur, Jumat malam (21/2/2025). Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menggelar acara “Ngopi Bareng” sebagai bagian dari Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) II.
Rakornas ini dihadiri 144 pengurus DPW LDII dari 37 provinsi se-Indonesia, lengkap dengan Dewan Penasehat dan pengurus harian DPP LDII.
Dengan konsep santai ala cafe, ruangan yang dipenuhi aroma kopi segar terasa lebih hidup. Gerobak angkringan, barista profesional, serta menu tradisional seperti jagung rebus, kacang rebus, dan wedang jahe menyambut para peserta.
Salah satu yang menarik perhatian adalah Cabai Jawa yang diperkenalkan oleh Ketua Umum DPP LDII, Ir. KH. Chriswanto Santoso, M.Sc.
“Cabai Jawa ini punya rasa pedas yang khas, aromanya tajam dan mirip lada hitam, tapi tidak menyengat. Selain sebagai bumbu, cabai ini juga dikenal sebagai tanaman obat yang sering digunakan dalam masakan tradisional seperti tongseng dan lodeh,” jelas Chriswanto.
Acara Ngopi Bareng ini dipandu oleh Sekretaris Umum DPP LDII, Dody Taufik Wijaya, yang tampil unik dengan kostum ala barista.
Dalam sambutannya, Chriswanto Santoso menyampaikan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah mempererat silaturahim, berbagi pengalaman, dan membangun sinergi antar pengurus LDII di seluruh Indonesia.
“Kita ingin forum ini bukan sekadar rapat formal, tapi juga wadah berbagi inspirasi. Kadang, ide-ide brilian lahir dari obrolan santai sambil menyeruput kopi,” ujar Chriswanto.


Di antara peserta, hadir DPW LDII Kalimantan Timur yang diwakili oleh Prof. Dr. Ir. H. Krishna P. Candra, M.S. (Ketua), H. Imam Sujono Lutfi, S.H., M.H. (Wakil Ketua Bidang KIM), H. Wildan Taufik, S.Pd., M.Si. (Sekretaris), dan Laode Beni, S.H., M.H. (Ketua Biro Hukum dan HAM).
Imam Sujono Lutfi, dalam sesi diskusi, berbagi pengalaman menarik tentang bagaimana diplomasi kopi mampu membuka pintu dialog dan menyelesaikan kesalahpahaman di daerah.
“Dulu, saya sempat ragu minum kopi. Tapi setelah dipaksa oleh Pak Ketum saat berkunjung ke Sangatta, saya mencoba kopi tanpa gula. Sejak itu, kopi justru menjadi media komunikasi yang efektif,” kenang Imam.
Ia menuturkan bagaimana pendekatan ngopi bareng berhasil melunakkan persepsi negatif terhadap LDII di beberapa daerah.
Lebih dari sekadar minuman penghangat suasana, kopi dalam forum Ngopi Bareng ini menjadi jembatan komunikasi yang efektif.
Diskusi mengalir ringan namun sarat makna, membahas berbagai strategi penyelesaian tantangan di daerah, termasuk ancaman tantangan hambatan dan gangguan (ATHG) lainnya.
“Kopi itu sederhana, tapi dampaknya luar biasa. Selain menyehatkan, kopi juga menjadi penghubung yang mempererat ukhuwah, membangun sinergi, dan menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang lebih humanis,” ujar Imam menutup ceritanya.
Dengan semangat silaturahim dan kolaborasi, Rakornas II LDII kali ini bukan sekadar ajang rapat, melainkan wadah memperkuat sinergi, berbagi pengalaman, dan menumbuhkan semangat kebersamaan untuk kemaslahatan umat.
Karena kadang, menurut Imam, solusi terbaik tak lahir dari meja rapat, melainkan dari obrolan hangat sambil menikmati secangkir kopi.
Di penghujung acara, KH. Edy Suparto, Dewan Penasehat DPP LDII, memimpin doa sebagai penutup.
(Wild/SA/LINES)