Abdullah Syam: Boleh Dimana Saja, Tapi Jangan Kemana-mana
NASIONAL – DPW LDII Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI) menghelat Diklat Kepemimpinan dan Jurnalistik, pada November 17/11/2013. Acara ini bertujuan menghasilkan pemimpin yang memegang teguh nilai-nilai Agama Islam, sekaligus memaparkan pentingnya partisipasi politik umat Islam untuk membangun bangsa.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Prof Dr Ir KH Abdullah Syam MSc mengajak umat Islam untuk meneladani ibadah, sikap, dan pandangan Nabi Muhammad SAW.
Usai membuka Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepemimpinan dan Jurnalistik Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LDII Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Syam menyebutkan, LDII harus menghargai dan menghormati orang lain. “Kader LDII boleh di mana saja dalam berpolitik, tapi jangan kemana-mana. Kader LDII harus memberikan manfaat bagi siapapun. Kalau ada dua caleg dalam satu daerah pemilihan (dapil), satu harus mundur demi keberhasilan saudaranya,” tegas Syam, di Pusat Informasi Haji (PIH) Batam Center, Batam, Minggu (17/11/2013).
Tampil tiga pembicara di acara tersebut anggota DPR RI Komisi X H Asman Abnur SE MSi, anggota DPD RI dari Dapil Kepri Drs H Hardi Slamet Hood MSi, Ketua DPRD Kepri Ir HM Nur Syafriadi MSi. Hadir pula di acara ini, Sekum DPW LDII Kepri Ir M Taufik Hazairin MM, serta pengurus dan anggota DPW LDII Kepri lainnya. Pembicara dari DPP LDII yang hadir dalam acara itu adalah Ketua Departemen Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Ruly Kuswahyudi yang membawakan materi kepemimpinan. Sementara Pengantar Jurnalistik oleh Ludhy Cahyana dari Departemen Komunikasi, Informasi, dan Media Massa.
Ketua DPW LDII Provinsi Kepri H Abdul Manaf Chaniago (Chan) menambahkan, umat Islam mayoritas dalam jumlah. Sayangnya, ketika pemilu legislatif (DPR), umat Islah malah menjadi minoritas. Umat Islam kata Chan, harus ikut mencoblos saat pemilu. Jangan sampai ada umat Islam yang golongan putih (golput, tidak memilih, red).
“Umat Islam harus terlibat dalam politik di tanah air agar arah dan kebijakan politik di Indonesia memberikan manfaat bagi umat Islam,” ingat Abdul Manaf Chaniago yang akrab dipangil Chan tersebut.
Asman Abnur menambahkan, sekarang ini dominasi partai sudah kalah ketokohan individu. Hal ini sudah dimulai dengan ketokohan Jokowi yang terkenal dengan blusukan-nya. Calon pemimpin tidak boleh lagi mengandalkan partai. Calon pemimpin harus bisa menunjukkan ketokohan, kedekatan, dan pengabdiannya kepada kader dan masyarakat banyak. Calon pemimpin itu juga harus baik, pintar, dan merakyat.
Sistem politik di Indonesia papar Asman, masuk nomor dua terbaik di dunia. Proses kepemimpinan di Indonesia sudah baik sejak 13 tahun terakhir, atau sejak era reformasi. Dulu, saat ada gejolak politik sedikit saja, sudah berpengaruh terhadap pengusaha dan perekonomian naisonal. Gejolak politik kini tidak lagi berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Semua sudah stabil.
Stabilnya dunia politik Indonesia ujar Asman baru 13 tahun terakhir. Masih sangat muda. Bandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang kestabilan politiknya setelah melewati masa 350 tahun.
Hardi S Hood mengakui, politik dan kepempimpinan membutuhkan jurnalis (wartawan). Semua membutuhkan wartawan untuk menyampaikan visi misi. Jokowi naik namanya, salah satunya karena peran serta wartawan. Wartawan harus jujur dengan beritanya. Jangan membenarkan pemimpin yang salah, atau menyalahkan pemimpin yang benar. Kejujuran harus dijunjung tinggi oleh wartawan.
Nur Syafriadi melanjutkan, masyarakat Kepri jangan salah memilih pemimpin. Salah memilih, berarti berperanguh terhadap kebijakan selama lima tahun mendatang. (LDII News Network)