Kalimantan Timur

LDII Kaltim Ikuti Webinar Bangun Keluarga Mandiri dan Berseri

SAMARINDA – DPW LDII Kaltim mengikuti webinar dengan tema Keluarga Mandiri Keluarga Berseri Keluarga Mandiri Bangsa Berdikari. Webinar diselenggarakan DPP LDII dan disiarkan secara daring diikuti warga LDII yang berada di 34 provinsi, termasuk DPD kabupaten/kota se-Kaltim, Sabtu (25/2/2023).

Webinar digelar dalam rangka pemberdayaan keluarga dalam mendidik kemandirian dan kewirausahaan anak sejak dini. Narasumber pertama Dewi Ilma Antawati, anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII, mengatakan bahwa target pembinaan generasi penerus LDII adalah mewujudkan SDM Profesional Religius.

“Target ini merupakan hasil keputusan Munas VII LDII tanggal 9 Maret 2011 di Surabaya tentang pengembangan sumber daya manusia (SDM) LDII, menjadi SDM profesional religius berkarakter Tri Sukses yaitu alim-faqih, berakhlak mulia, dan mandiri,” tutur Dewi.

Dewi menerangkan, keluarga memiliki peran penting dalam membangun individu yang mandiri. “Kemandirian sebagai keterampilan dasar hidup. Seperti contoh, mengerjakan sesuatu tanpa disuruh, mengambil keputusan sendiri, bertanggungjawab terhadap tindakan dan menyelesaikan masalah tanpa atau dengan meminimalkan bantuan,” jelasnya.

Dewi menambahkan, anak sejak usia dini sudah terlatih untuk berperilaku mandiri. Ada tiga metode untuk mengarahkan anak untuk mandiri. Metode pertama melalui pikiran, “Seperti contoh, orang tua mengarahkan anak bisa memilih kegiatan ekstra yang bermanfaat dan dapat menentukan ingin memulai usaha dalam bidang apa,” ujarnya.

Metode kedua, kata Dewi Ilma melalui perasaan, “Orang tua mengarahkan anak tidak cemas saat ditinggal orang tua. Saat anak bersedih, mengatasinya dengan membaca Alquran. Kemudian, saat menjalani pernikahan, anak diarahkan saat ada masalah tidak serta merta menyalahkan pasangan,” ujarnya.

Ibu dari enam anak ini juga menambahkan, metode ketiga untuk mengarahkan anak melalui tindakan, “Orang tua mengarahkan anak untuk membereskan mainan tanpa disuruh, mengerjakan pekerjaan rumah sampai tuntas. Serta, menekuni bidang yang sudah dipilih, mudah bangkit ketika gagal,” tambahnya.

Lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini juga melanjutkan bahwa orang tua supaya memberikan anak aktivitas pembiasaan untuk mengembangkan kemandirian.

Narasumber pertama Dewi Ilma Antawati, anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII. Foto: LINES
Narasumber pertama Dewi Ilma Antawati, anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII. Foto: LINES

“Saat anak berada di usia 0-18 bulan, anak belajar tanggap terhadap kebutuhan anak (menangis, merengek) dan orang tua memberikan stimulasi yang cukup. Usia 18 bulan hingga 3 tahun, memberikan anak kesempatan belajar makan sendiri, mengenakan pakaian sendiri dan mengapresiasi ketika anak bisa melakukan sesuatu,” ujarnya.

Kemudian, Dewi Ilma juga menambahkan, aktivitas pembiasaan terus berlanjut dari umur 3 tahun hingga 18 tahun, “Kemudian, pada usia 3-5 tahun, antara orang tua dan anak menyepakati rutinitas bersama seperti mengikuti pengajian usia dini, memberi kesempatan untuk memilih hal sederhana hingga membiasakan menabung jika ingin sesuatu,” ujarnya.

Saat anak beranjak di usia 5 hingga 12 tahun, orang tua memberikan tugas rumah tangga sesuai usia, “Bukan hanya itu, orang tua juga memberikan kesempatan berwirausaha sederhana, dan mengikutsertakan dalam kegiatan sosial,” ujarnya.

Yang terakhir, saat anak berusia 12 hingga 18 tahun, orang tua supaya memberikan anak aktivitas rutin bersama keluarga, “Anak juga supaya terlibat dalam pengambilan keputusan di keluarga dan belajar mengelola uang sendiri,” tuturnya.

Salah satu tim pengajar Sekolah Pamong Indonesia (SPI) ini mengatakan, anak yang tumbuh dalam keluarga yang memberikan kehangatan, kedekatan emosional, dan kebersamaan, akan lebih mudah beradaptasi dengan berbagai tantangan hidup di kemudian hari.

“Tugas orang tua sebagai teladan dan menciptakan sistem keluarga dan lingkungan yang mendukung perkembangan kemandirian. Terapkan berbagi tanggung jawab pengasuhan bersama atau yang kerap disebut co-parenting,” pungkasnya.

An Nuur Budi Utama, anggota Departemen Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (EPM) DPP LDII. Foto: LINES
An Nuur Budi Utama, anggota Departemen Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (EPM) DPP LDII. Foto: LINES

Sementara itu, narasumber berikutnya, An Nuur Budi Utama anggota Departemen Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat (EPM) DPP LDII mengatakan bahwa ada tiga opsi anak untuk menempuh jalur kemandirian.

“Mandiri di dunia sendiri yang direstui dan didoakan orang tua. Kedua, mandiri di dunia yang orang tua suruh. Ketiga, mandiri di dunia orang tua berada sekarang dan anak melanjutkan.

Ia juga menambahkan, setelah memilih jalur kemandirian perlu dilanjutkan dengan aksi nyata.

“Anak harus memiliki end of mind secara tertulis dan bermusyawarah kepada orang tua agar terwujud. Kemudian, menjunjung Tri Sukses dan Enam Tabiat Luhur (rukun, kompak, kerja sama yang baik, jujur, amanah dan giat bekerja serta hemat),” tuturnya.

Bukan hanya itu, Wakil Ketua Kelompok Kerja Usaha Bersama (Pokja UB) mengatakan, tips orang tua agar anak memiliki fondasi kemandirian.

“Mampu berkomunikasi melalui tulisan dan lisan. Kedua, terbiasa menyusun visi, misi, tujuan, dan target kolektif yang dapat menggugah para karyawan/pengikut. Ketiga, mengetahui dan mematuhi semua aturan, menjiwai profesi dan visi misi perusahaan. Keempat, terbiasa mencatat income statement (catatan keluar masuk uang). Kelima, terbiasa mengelola waktu, memimpin diri sendiri, memimpin, membagi tugas, memotivasi orang lain,” tutupnya.

Menanggapi hal ini, Ketua Biro EPM DPW LDII Kaltim H. Sumardi mengatakan bahwa kemampuan mandiri merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas secara pribadi untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan pribadi.

“Perlu belajar dan diajari serta dibimbing sehingga bisa terlaksana. Demikian juga kemandirian dalam lingkup keluarga mandiri sangat mempengaruhi kebahagiaan keluarga semakin mandiri dalam segala hal dalam keluarga maka semakin kelihatan kebahagiaan dalam keluarga,” tutur Sumardi yang juga pengusaha sukses ini.

Menurutnya, kemandirian keluarga sangat berpengaruh terhadap perannya di dalam komunitasnya dan masyarakat. Ia berpendapat sebuah keberhasilan tidak akan jauh dari kata mandiri. “Kepribadian tersebut tidak ada sekolahnya, hanya orang di sekitarnya dan lingkungan yang baik yang akan mewujudkan,” pungkasnya.

(FW/SA/LINES)

LIVE WEBINAR KELUARGA MENDIDIK KEMANDIRIAN DAN KEWIRAUSAHAAN SEJAK USIA DINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *