KLHK Apresiasi LDII Perhatikan Isu Lingkungan Hidup
Dalam Rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024
JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, DPP LDII menggelar Sosialisasi Gerakan Perlindungan Lingkungan dan Budaya di Sekolah, pada Sabtu (22/6). Acara dikemas dalam Rapat Koordinasi Bidang Litbang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (Lisdal), di Kantor DPP LDII, Jakarta.
Ade Palguna Ruteka, Direktur Jenderal Departemen Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengapresiasi LDII yang telah memperhatikan isu lingkungan hidup dalam berbagai program yang dilaksanakan.
“Khususnya hari ini melaksanakan sosialisasi gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah atau yang sering dikenal dengan program Adiwiyata,” papar Ade.
Ia meyakini LDII dengan banyaknya sekolah dan pondok pesantren dapat menjadi teladan bagi sekolah lain terkait lingkungan hidup.
“Saya menyambut baik kegiatan sosialisasi hari ini dan berharap kolaborasi ini terus dilanjutkan ke pembinaan sekolah sehingga terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas sekolah Adiwiyata,” harapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pemulihan lingkungan mempunyai efek sinergis yang besar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Misalnya, masalah lingkungan hidup, bencana, ekonomi, dan kesehatan.
Restorasi lingkungan adalah kunci untuk membalikkan degradasi lahan. “Pada saat yang sama, kita dapat meningkatkan penghidupan, mengurangi kemiskinan, meningkatkan kerentanan terhadap kejadian cuaca ekstrem, dan meningkatkan kesehatan,” lanjutnya.
Oleh karena itu, menurutnya, LDII memandang Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tahun pada tanggal 5 Juni menjadi pendorong untuk merangsang, memperkuat dan meningkatkan kesadaran dan minat masyarakat terhadap pemulihan dan pengelolaan lingkungan hidup secara optimal.
“Untuk itu, perlu ditingkatkan ambisi dan investasi dalam upaya pemulihan lingkungan hidup memberikan momen atau terobosan besar bagi perbaikan lahan,” ucapnya.
Senada, Sinta Saptarina, Direktur Pusat Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PGLHK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyebut “triple planetary crisis” atau “triplanetary crisis” yang mengacu pada tiga isu besar yang saling terkait, yaitu perubahan iklim, hilangnya alam (keanekaragaman hayati), polusi dan limbah.
“Dampaknya semua bisa kita rasakan. Bumi kita semakin panas. Bahkan 80 persen bencana di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim,” kata Sinta.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah mencanangkan Nationally Prepared Contribution (NDC) dengan target peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030 dengan basis business-as-usual (BAU) yang menegaskan komitmen mereka ke dokumen.
Komitmen tersebut diimplementasikan melalui sejumlah peraturan, regulasi, dan gerakan yang menjadi aksi nyata untuk mewujudkan masyarakat peduli lingkungan.
Salah satunya melalui “Gerakan Peduli Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah” sebagai upaya kolaboratif untuk membentuk sikap dan tindakan peduli terhadap lingkungan di satuan pendidikan.
“Sangat tepat sekali kita bermitra dengan LDII karena kami tidak bisa melangkah sendiri. Kami membutuhkan gerakan di sekolah, dan organisasi-organisasi,” lanjut Sinta.
Oleh karena itu, Ketua Departemen Lisdal DPP LDII, Sri Wilarso Budi mengungkapkan rapat koordinasi bidang tersebut digelar untuk membangun jejaring komunikasi pengurus Litbang LDII agar mendorong sekolah binaan LDII menjadi sekolah berwawasan lingkungan.
“Masing-masing daerah berusaha berbagi tantangan dengan DPW dan DPD untuk mendirikan sekolah di daerahnya masing-masing,” kata Wilarso yang juga Guru Besar IPB ini.
Untuk mencapai hal tersebut, kata dia, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mempersiapkan sekolah-sekolah yang akan menjadi pilot project Program Sekolah Hijau Lingkungan LDII atau Adiwiyata.
“Kami akan melakukan pilot project bersama pendamping dari KLHK di sekolah Jabodetabek yang sebagai sekolah teladan LDII khususnya praktik pelestarian lingkungan hidup,” pungkas Wilarso.
(*/LINES)