Esai Tentang Sujud
Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati lingkungan – Warga LDII Kabupaten Tangerang.
Ada sebuah pertanyaan sederhana yang menarik buat saya, walau mungkin saja tidak menarik menurut Anda. Pertanyaannya begini; ”Bagian salat mana yang paling Anda suka?” Pertanyaannya sangat jelas, walau mungkin tidak umum. Bagi yang tidak berkenan, maafkan kelancangan ini dan tidak usah repot untuk menjawab. Bagi yang berbaik hati dan mau berbagi, cobalah jawab dengan jujur sesuai pengalaman dan apa yang Anda rasakan selama ini, ketika mengerjakan salat. Jawabannya mungkin salah satu dari 2 pilihan berikut secara umum, yaitu; pertama suka semuanya, atau yang kedua menyebut salah satu saja seperti; rukuk, sujud, atau gerakan lainnya.
Saya pribadi menganggapnya menarik karena terkait masalah salat. Selain sebagai tiang agama, salat adalah pertamanya amalan yang dihisab di hari kiamat, sebelum amal lainnya. Dan semua mafhum itu. Sebenarnya bukan pertanyaannya yang menarik, tetapi pertanyaan lanjutan dibalik setiap jawaban yang diberikan. Itu yang menarik. Semua tahu tata cara salat dari takbiratul ihram sampai salam adalah rangkaian ibadah yang sangat penting. Mulai dari bacaan dan gerakan. Antara satu dengan yang lain saling berhubungan, berurutan dan tidak bisa dipisahkan atau ditinggalkan. Tapi, kenapa mesti ditanyakan ”yang paling disukai”, apa maksudnya? Itu yang perlu dicermati.
Dari sini mungkin kita mulai sadar, bagaimana salat kita selama ini. Pertanyaan ini tak lain dimaksudkan untuk menggapai kesempurnaan salat (hanggayuh kasampurnan). Jika memilih jawaban pertama; suka semuanya, itu menunjukkan dua hal. Bisa memang salatnya sudak baik, ihsan, atau sebaliknya tidak mau ambil risiko, biar tidak ketahuan salatnya seperti apa. Mudah-mudahan Anda tergolong orang yang pertama; yang salatnya sudah baik. Alhamdulillah. Bagi yang belum jangan berkecil hati. Masih banyak temannya, walau ngeri-ngeri sedap meneliti hadits yang satu ini.
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
Dari Ammar bin Yasir, dia berkata; ’Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya seseorang niscaya selesai dan tidaklah ditulis baginya, kecuali 1/10 salatnya, 1/9-nya, 1/8-nya, 1/7-nya, 1/6-nya, 1/5-nya, ¼-nya, 1/3-nya, ½-nya.” (Rowahu Abu Daud)
Jika memilih jawaban yang kedua; dengan menyebut salah satu gerakan dalam salat, juga akan dikejar dengan pertanyaan berikutnya; apa dasarnya? Kenapa? Saya sendiri, cenderung memilih jawaban yang kedua. Karena itu berarti memang sudah menemukan bagian shalat yang disuka dan itu sangat bagus sebagai titik awal untuk memacu menyempurnakan gerakan salat lainnya. Sebab memang disebutkan demikian dalam haditsnya, tanpa bermaksud menyalahkan atau meremehkan lainnya. Simaklah nash tua berikut ini;
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ”
Dari Abu Huroiroh, sesungguhnya Rasululloh SAW bersabda: ”Lebih dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.” (Rowahu Muslim)
Jika kita suka bagian sujud, kita akan berlama-lama dengan sujud. Dengan begitu, diharapkan bisa menarik untuk berbuat demikian dengan gerakan salat lainnya. Walau semua rangkaian salat itu penting, sesuai dalil ini, sujud punya nilai lebih dan sangat layak untuk disukai. Saking pentingnya, nanti di akhirat pun orang iman dimuliakan dan terlihat dari bekas sujudnya. Juga ada sujud-sujud lain di luar salat seperti sujud syukur dan sujud tilawah. Itulah istimewanya sujud. Dan ada aturan jelas yang bisa membuat kita semakin cinta dengan sujud, sebagaimana warisan tua berikut ini.
عَنِ الْبَرَاءِ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ كَانَ رُكُوعُ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَسُجُودُهُ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ وَبَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ قَرِيبًا مِنَ السَّوَاءِ.
Dari Al-Bara’ r.a., dia berkata; “Ada ruku’nya Nabi SAW, sujudnya, ketika mengangkat kepala dari rukuknya (I’tidal), dan duduk di antara dua sujudnya, hampir sama (lamanya).” (Rowahu Bukhari).
Sujud memang unik. Ia satu-satunya gerakan yang diulang dua kali dalam 1 rakaat, dimana wajah lebih rendah dari pantat dan mata kaki. Dengan wajah melekat ke bumi, di situlah Allah paling dekat dengan diri. Pesannya; ”Ketika kita rendah hati, kita berjumpa dengan Allah Yang Maha Tinggi.” Seiring dengan salah satu doa indahnya; ”Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.” (*)
artikel ini sudah ditayangkan di www.ldii.or.id